Rabu, 22 Februari 2012

Berderu

***
       Malam ini indah. Bulan ada di timur sana. Bersinar terang. Bintang-bintang ada di atasku. Sungguh aneh mengingat pagi tadi hujan turun.
       Dia mengendarai mobilnya. Menembus barisan angin yang bergerak berlawanan. Tersalip-disalip oleh motor, mobil dan bus lainnya. Dingin, cepat, sendirian. Dia suka. Dia suka membiarkan rjendela mobilnya terbuka. Dia suka rambutnya ditiup angin, dia suka dingin merasuki tulangnya. Dia suka melihat lampu-lampu di sepanjang jalan. Dia suka memandangi wajah orang-orang yang berjalan di trotoar.
      Gadis itu sedang memikirkan seseorang. Seseorang yang belum pernah ditemui tapi dia tau banyak tentang laki-laki itu. Tapi di sana, di tepi jalan, mata gadis itu menangkap sosok yang memenuhi pikirannya selama beberapa hari. Itu benar laki-laki itu kan? Oh ya Tuhan, inikah yang namanya jodoh?
      Gadis itu memacu mobilnya mendekati mobil laki-laki itu ke arah yang sama. Untung saja jalan ini hanya searah. Sang laki-laki memacu mobilnya beberapa meter di depan si gadis. Tapi dia tak bisa mengejar laki-laki itu. Tidak. Tunggu aku. Jangan pergi. Aku akan mengejarmu. Mengalahkan mobil-mobil dan motor-motor sialan ini!
     Laki-laki itu melaju cepat kemudian berhenti di persimpangan. Untuk pertama kalinya gadis itu suka lampu merah. Dia meringsek sedekat mungkin ke samping mobilnya. Si gadis berada tepat di samping mobil  si laki-laki. "Tidak taukah dia betapa tampannya dia di balik setirnya. Tidak taukah betapa aku suka melihatnya yang menggebrak-gebrak setir, tidak sabaran. Dia hanya begitu indah," batin si gadis.
    "Dia tidak tau betapa inginnya aku berteriak memanggilnya, terkikik atau terbahak-bahak. Aku tidak peduli kalau orang-orang ini menganggapku gila. Tapi aku tak mau dia menganggapku memalukan. Dia kan tidak tau betapa gatalnya tanganku ingin mengetuk jendelanya Membuatnya menatapku untuk sekian detik saja. Sekedar ingin menyapamu “Hai, aku mencintaimu”. Oke baiklah. Aku mengurungkan niatku. Sungguh, gengsiku jauh lebih menguasaiku saat ini," dia membatin lagi.
    Dan klakson mulai dibunyikan sahut menyahut.
    "Sial! Sejak kapan lampu menjadi hijau! Arghr, kenapa harus hijau. Aku kan masih mau mengaguminya yang dengan tampannya duduk dibalik kemudi," si gadis mengamuk di dalam mobilnya.
    Mereka berjalan beriringan. Si gadis berusaha terus berada di sebelahnya. Seperti inilah mereka seandainya berjalan menuju altar. Beriringan. Eh tidak, bukan. Si pria kan bakal menyambut si gadis di altar. Tampan, acuh tak acuh, indah. Menanti calon istrinya.
     Mereka menembus jalanan. Lampu-lampu di kanan-kiri jalan, orang-orang dengan kesibukannya masing masing, kendaraan lain yang berusaha menyaingi mereka, seperti iri atas kemesraan  kedua mobil  itu.
    "Aku cinta malam ini! Rasanya aku ingin mencium malam ini, menjadikannya milikku selamanya. Yea, seandainya saja kau tidak berada di dekatku, menyadarkanku bahwa ada kau yang lebih kucinta." batin si gadis.
    Sabar sayang, kita masih harus mengikuti jalan panjang ini. Bersama deru mesin yang mengiringi, dan romantisme malam yang menghibur hati. Si gadis menatap pria di balik kemudi mobil yang berada di sampingnya.

***
      "Kau sudah bangun?" tanya ibunya.
      "Mmmm? Aku di mana?" tanyanya. Bingung menyadari sekelilingnya berubah. Ini bukan lagi jalanan yang dilewati. Malam yang indah di mana dia berderu bersama laki-laki itu.
      "Aku di mana?" tanyanya lagi. "Bukannya aku berada di mobil semalam?"
      Gadis itu menggeliat. Merasakan tubuhnya terasa kaku.
      "Di mana mobil itu?" tanyanya lagi. Masih tak ada jawaban terhadapnya.
      "Sayang, berhentilah membicarakan mobil itu. Kau baru saja sadar," ucap ibunya.
      "Aku? Aku sadar."
      "Ya. Berhentilah mengejar mobil itu."
      "Mobil apa?"
      "Mobil yang terus kau bicarakan sejak kecelakaan itu."

***
      Sebuah cahaya terang menyorot matanya. Menyilaukan. Sesuatu menyenggol mobilnya. Membuat mobil itu terpelanting, terjungkal dan berhenti dengan posisi mengenaskan. Si gadis ditemukan dalam posisi tidak sadar dengan keadaan penuh darah.